Lombok Barat. Salah satu Kabupaten tertua di NTB ini punya banyak potensi wisata dengan karakter yang beragam, salah satunya menjual ombak.
LombokNesia-Meski telah menyita perhatian dunia, terutama di kalangan surfer (peselancar) internasional, nama Pantai Kablet yang terletak di salah satu ujung daratan Lombok ini masih jarang didengar oleh masyarakat Lombok sendiri.
Informasi dari penduduk setempat, tamu asing kerap mendaratkan helikopternya di sebuah bukit landai hanya untuk berburu ombak. Ada juga yang menggunakan speedboat dari Bali. Mereka kebanyakan adalah penggemar olahraga selancar dari berbagai belahan dunia. Yang tak kalah mengejutkannya, beberapa anak lokal ada juga yang menjadi surfer profesional dengan nilai kontrak yang cukup besar. Salah seorang dari mereka menceritakan bahwa dalam waktu dekat ia akan berangkat ke Australia untuk beratraksi menari di antara deburan ombak. Bocah yang berusia tidak lebih dari 14 tahun itu punya banyak pengalaman berselancar di berbagai tempat di luar negeri, salah satunya di Hawaii. Ia bercerita bahwa Kablet telah dikenal luas di antara para peselancar dunia karena karakter ombaknya yang unik dengan masa kemunculan yang cukup panjang. Hampir selama 6 bulan dalam setahun, Kablet terus kedatangan wisatawan mancanegara.
Salah seorang tamu yang datang mengatakan, Kablet beberapa tahun silam sangat berbeda. Dulu, tamu yang datang terpaksa harus menginap seadanya di rumah-rumah penduduk, imbuhnya. Kini, pantai yang masuk dalam kawasan Pemalikan itu sudah penuh dengan rumah sewa (bungalo) dan rumah makan mini di pesisir pantai. Lokasinya hanya terpisahkan oleh sebuah bukit dari pantai nelayan Bangko-bangko, Sekotong. Dari Mataram, kurang lebih menempuh 2 jam perjalanan. Namun, rampungnya pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang tengah dikerjakan akan membuat waktu tempuh menjadi lebih singkat. Buruknya fasilitas jalan memang sering dikeluhkan para pengunjung, terutama akses dari Desa Batu Putih menuju Pemalikan yang masih berbatu. Meski belum ada jaringan listrik, sebagian penduduk telah menggunakan generator untuk menerangi rumahnya, bahkan ada pula yang menggunakan teknologi panel surya.
Seorang wanita yang telah mendiami daerah itu selama puluhan tahun menceritakan, bule-bule (red: wisman) yang datang juga membawa keuntungan tersendiri bagi mereka. Mereka kini tidak hanya bergantung dari hasil ladang, karena sekarang bisa berjualan di pantai. Anak-anak mereka juga bisa bekerja di penginapan, imbuhnya.
Dengan jumlah penduduk yang cukup besar, kawasan Pemalikan telah memiliki sebuah sekolah Madrasah Ibtidaiyah. Menurut informasi tokoh masyarakat di sana, mulai tahun ini, madrasah mulai mengelola dana BOS. Di Pemalikan juga telah dibangun sebuah masjid dan dua musholla untuk menunjang kegiatan ibadah. Jalan-jalan berstatus adat menghubungkan satu tempat dengan lainnya.
Pemalikan menawarkan lingkungan yang alami dan menyimpan potensi pariwisata yang cukup besar. Pengelolaan yang baik akan menjadikan obyek wisata ini menjadi salah satu sumber PAD yang menjanjikan bagi pemerintah daerah dan tentunya akan mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. (Gad)
0 comments:
Post a Comment