Wednesday, December 24, 2014

Semakin mendekati pantai atau tebing yang berbatasan dengan Samudra Hindia, vegetasi yang tumbuh berbeda dan khas.

Gili Penyu di Gunung Tunak, Lombok Selatan, Nusa Tenggara Barat. Lanksap ini dapat dikunjungi oleh wisatawan. (Agus Prijono/National Geographic Indonesia)

Haii apa kabar temen-temen. Ini dia salah satu postingan yang saya inginkan, tetapi sampai saat ini saya belum pernah menyaksikan kenyataan bagian dari alam Lombok ini. Karena itu saya akhirnya saya kutip sementara dari http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/12/jelajah-rimba-lombok-selatan Wisata Alam Gunung Tunak merupakan sebuah kawasan hutan yang berada di tenggara Lombok dan merupakan daratan Lombok paling selatan, sehingga berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Di baca ya..

Kemarau baru saja dilibas oleh musim hujan. Pepohonan mulai bersemi. Jejak kemarau masih membekas di pohon-pohon yang meranggas. Pada masa peralihan musim ini, saya menembus hutan Taman Wisata Alam Gunung Tunak, Lombok Selatan, Nusa Tenggara Barat.
Gunung Tunak satu-satunya kawasan di Lombok Selatan yang masih berhutan. Duri-duri semak menggores kulit. Hutan Gunung Tunak tumbuh di atas tanah liat berkapur dan berlempung. Semakin mendekati pantai atau tebing yang berbatasan dengan Samudra Hindia, vegetasi yang tumbuh berbeda dan khas. "Tapi kita belum tahu jenisnya," terang Lalu Gede Gangga Widarma, staf Pengendali Ekosistem Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam.
Selepas hutan pantai, padang rumput menghampar hingga bibir tebing. Setiap tipe vegetasi terlihat nyata perbedaannya. Hutan yang tumbuh bersisian dengan padang rumput diisi pohon dengan batang yang meliuk-liuk. Embusan angin agaknya membentuk arsitektur pohon yang unik: cabang-cabangnya doyong ke arah tertentu.
Sampailah saya di sepokok pohon asem yang besar dengan tajuk yang mekar di angkasa. "Ini pohon asem terbesar di Gunung Tunak," jelas Gangga. Tanah di sekeliling pohon asem bersih dan rata.
Tempat ini disebut Bagek Pondok: pondok pohon asem. Di situ, setelah tradisi nyale, mencari cacing laut, digelar upacara pemberkatan kerbau. Gangga menuturkan, setelah diberkati, kerbau-kerbau dibiarkan hidup bebas di Gunung Tunak: berkubang dan menyenggut rumput. "Tahun 2014 saja ada 903 kerbau," jelas Papu Arum, tetua adat Bumbang, Desa Mertak. Papu Arum telah memimpin tradisi pemberkatan kerbau selama 23 tahun.
Peta
"Setiap warga akan melapor ke Papu Arum. Jadi, dia punya data lengkap," imbuh Gangga. Di Bagek Pondok itu, orang-orang datang membawa moto siung: adonan ketan, gula merah, dan kelapa yang dibungkus pelepah pinang. "Setiap orang harus memakannya, dan Papu Arum akan menabur moto siung ke sekeliling," jelas Gangga.
Di bawah pohon asem itu, doa-doa lalu dipersembahkan oleh Papu Arum. "Kita minta perlindungan untuk kerbau-kerbau agar tidak dicuri ataupun sakit," papar Papu Arum yang berkulit legam ini.
Kisah lokal menuturkan Gunung Tunak sebagai salah satu pusat peradaban di Pulau Lombok. "Di sekitar Tunak dulu ada puluhan kerajaan," jelas Bangun, Kepala Desa Mertak, "hanya saja tidak ada sisa-sisanya."
Dan, Gunung Tunak satu-satunya kawasan yang masih berhutan di kawasan Lombok sisi selatan. "Ya, hanya di Tunak yang ada hutannya, ada satwa liarnya," imbuh Bangun.
Hutan Gunung Tunak tak hanya melestarikan alam Lombok Selatan, namun juga menjadi situs budaya Sasak. Di bawah pohon asem itu, saya jeda sesaat setelah menjelajahi Gunung Tunak yang gerah.


(Agus Prijono/National Geographic Indonesia)

1 comments: