Masjid Bengak Al-Raisiyah - Mataram, NTB |
LombokNesia-Masjid Al-Raisiyah atau lebih dikenal dengan sebutan Masjid Bengak berdiri kokoh
diantara perkampungan warga di Sekarbela, Kelurahan Karang Pule, Kecamatan
Sekarbela, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Masjid yang dibangun diatas lahan
seluas 10 hektar. merupakan peninggalan tokoh Islam bernama Gaus Abdul Razak yang hidup pada
abad ke 17 Masehi.
Sejak
berdiri, masjid tersebut sudah 4 kali direnovasi, Renovasi yang pertama
dilakukan setelah Masjid terbakar akibat peperangan antara masyarakat Sekarbela
yang menuntut kematian Tuan Guru Padang Reak dengan penguasa saat itu. Saat
itu, bentuk masjid Sekarbela berbentuk empat persegi dengan dinding bedek, atap
rumbia, lantai tanah dan yang menjadi ciri khas adalah empat soko guru. Setelah
kebakaran, Masjid dibangun kembali oleh TGH Mustafa dan TGH Moh. Toha. Bentuk
Masjid masih sederhana dengan empat soko guru. Dari peninggalan yang ada yakni
sebuah kaligrafi tertulis angka 1350 H.
Saat
itu bangunan Masjid sudah lebih baik dari sebelumnya namun masih sederhana.
Kemudian pada tahun 1890 M, atas prakarsa TGH M Rais, masjid direnovasi dengan
memanfaatkan atap dari genteng. Jamaah yang semakin banyak menginspirasikan
penerus selanjutnya, yakni TGH Muktamat Rais anak dari TGH Muhamaad Rais, untuk
membangun kembali Masjid pada tahun 1974 dengan kontruksi beton.
Lokasi Masjid Bengak al-Raisiyah
|
Namun
dikarenakan jamaah yang semakin banyak dan kompleknya kegiatan, pada tahun 2001
Masjid direnovasi kembali dengan desain Timur Tengah dan berlantai tiga.
Diperkirakan dana yang dihabiskan untuk membangun Masjid ini sekitar Rp 6
milyarز Menghadirkan masjid Bengak yang Moderen,
tekstur bangunan Masjid Al-Ra'isiyah itu meniru Masjid Nabawi.Hal tersebut
tampak dari bentuk kubah dan menara setinggi 63 meter. Bahkan dinding pada
mimbar Masjid berbahan marmer yang diambil dari Lampung Sumatera Selatan. Keseluruhan
dana pembangunan tersebut hasil sumbangan dari warga masyarakat Sekarbela.
Kawasan Sekarbela sendiri terkenal sebagai sentra
pengrajin mutiara, puluhan toko perhiasan
berderet memamerkan kemilau aneka jenis mutiara. berbagai jenis perhiasan
berbahan emas, perak, dan batu-batuan berharga lainnya, bila kita masuk ke
kawasan sekarbela banyak sekali dijumpai toko yang sekaligus difungsikan
sebagai showroom berbagai macam perhiasan berharga, baik emas, perak, kecubung,
safir, dan tentu saja mutiara yang menjadi primadona utama. Tak mengherankan
bila kemudian pembangunan masjid Bengak yang begitu mahal mampu dipikul sendiri
oleh warga setempat tanpa bantuan dari pihak luar.
Meski modern, Masjid tersebut
tetap memiliki sejarah. Mimbarnya dihiasi oleh ukiran kayu ipil berwarna hitam
setinggi 20 meter yang diukir dengan kaligrafi Surat Al-Jum’ah. Kayu tersebut
diperkirakan berusia 100 tahun lebih. Kayu itu merupakan salah satu peninggalan
sejarah yang hingga kini masih berdiri kokoh. Masjid Bengak itu, merupakan
Masjid tertua di Kota Mataram. Keberadaan Masjid itu menggambarkan kehidupan
masyarakatnya yang Islami. Tidak jauh dari Masjid tersebut berdiri Pondok
Pesantren yang didirakan oleh Tuan
Guru Haji Muhammad Rais.
Masjid bengak dan air kolam ajaib
Menurut sesepuh masyarakat
setempat, hadirnya tokoh Islam bernama Gaus Abdul Razak asal
Jawa itu untuk menyebarkan ajaran Islam di Pulau Lombok. Bahkan,
menurut cerita, setiap tempat yang disinggahinya selama di Lombok, selalu
diiringi munculnya sumber mata air, yang salah satunya terletak di Masjid
Al-Ra'isiyah di Kota Mataram ini.
Dulunya daerah Kampung
Sekarbela itu dikenal sebagai daerah tandus. Dalam sejarahnya daerah itu
merupakan bagian dari daerah kekuasaan kerajaan Hindu dibawah pimpinan Anak Agung. Tak
heran jika masyarakat Kampung Sekarbela saat itu, menganut faham animisme.
Namun kondisi itu berubah seketika saat Gaus Abdul Razak masuk ke wilayah itu
dan menyebarkan ajaran Islam.
Suatu ketika, Gaus Abdul Razak memimpin sebuah pengajian
di masjid tersebut. Anehnya, tiba-tiba keluar air deras dari dalam tanah.
Masyarakat kaget sehingga mereka pun
menggalinya hingga kedalaman 8 meter. Keajaiban munculnya air yang berlimpah
telah menyadarkan masyarakat setempat dan memeluk Islam.
Mata air tersebut, lanjut Alwi lambat laun terus membesar
sehingga membentuk kolam. Meski demikian air tersebut tidak merusak bangunan
masjid yang pada saat itu terbuat dari kayu ipil dengan beratapkan alang.
Itulah mengapa masjid tersebut dinamakan 'Bengak', lantaran diambil dari bahasa sasak yang
berarti heran. Masyarakat menjadi heran dengan kemunculan air yang berlimpah
dari dalam tanah tersebut, yang akhirnya memakmurkan kehidupan warga.
Tidak cukup sampai disitu,
masyarakat mempercayai air tersebut mengandung kekuatan supranatural. Bahkan
konon pada masa penjajahan Jepang, air itu berubah menjadi minyak yang oleh
warga diyakini mampu menjadi kekebalan tubuh dari senjata tajam. Bahkan,
sejumlah tentara Jepang yang terluka juga konon dibawa ke Masjid itu untuk
memperoleh pengobatan.
Untuk menjaga kelestariannya, masyarakat sekitar membuat
kolam berukuran 5 x 15 meter dengan kedalaman kurang lebih 1,5 meter, tepat
didepan mimbar Masjid. Selain kolam juga terdapat sumur tua. Namun, sayangnya,
hingga masjid tersebut semakin ramai di padati umat Islam yang beribadah, dan
air yang keluar dari tanah kian membesar, Gauz Abdul Rozak meninggalkan kampung
tersebut, dan menghilang hingga kini belum diketahui keberadaan makamnya.
Kini, masyarakat banyak menghabiskan waktu berbuka sambil
duduk-duduk santai di palataran masjid. Haji Alwi menjelaskan suasana Masjid
Bengak tersebut tetap ramai meskipun dihari biasa.
Referensi
Source: http://bujangmasjid.blogspot.com/2010/08/masjid-bengak-al-raisiyah-masjid-tertua.html
0 comments:
Post a Comment