LombokNesia - Pulau Lombok yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat terkenal dengan pariwisatanya. Pulau dengan penduduk 3.166.789 jiwa ini mayoritas penduduknya beragama Islam. Tidak heran jika Pulau Lombok juga dikenal dengan sebutan Pulau Seribu Masjid. Sebab, setiap kampung dan desa di Lombok memiliki masjid. Bahkan, dalam satu kelurahan terdapat lebih dari tiga masjid.
Salah satu masjid tertua, yakni Masjid Al-Ra’isiyah atau lebih dikenal dengan sebutan Masjid Bengak dapat ditemukan di Kota Mataram, tepatnya di Kampung Sekarbela, Kelurahan Karang Pule, Kecamatan Sekarbela, Mataram. Menurut bahasa sasak, kata bengak berarti heran.
Masjid itu merupakan peninggalan tokoh Islam ternama yang hidup sekitar abad ke-17 Masehi bernama Gaus Abdul Razak. Dia diketahui sebagai waliyullah atau Wali Allah dari Pulau Jawa dan menyebarkan ajaran Islam di tanah Lombok.
Bangunan Masjid Bengak awalnya hanya berupa kayu merbau atau ipil yang berusia sekitar 100 tahun. Atapnya terbuat dari alang-alang. Hingga kini kayu penyangga masjid itu masih berdiri kokoh di mimbar masjid. Kayu setinggi 20 meter itu dicat hitam dan diukir dengan ayat Alquran surat Al-Jum’ah.
Awal mula kata heran itu berasal dari keajaiban munculnya air yang berlimpah saat Gaus Abdul Razak menyiarkan Islam di lokasi ini. Lokasi sumber air itu lambat laun terus membesar sehingga membentuk kolam.
Meski demikian air itu tidak merusak bangunan masjid yang pada saat itu terbuat dari kayu ipil dengan beratapkan alang. Itulah mengapa masjid itu dinamakan 'Bengak', lantaran diambil dari bahasa sasak yang berarti heran. Masyarakat menjadi heran dengan kemunculan air yang berlimpah dari dalam tanah, yang akhirnya memakmurkan kehidupan warga.
Keberadaan mata air itu terbukti dengan adanya dua kolam berukuran 5 x 15 meter dengan kedalaman lebih kurang 1,5 meter. "Konon, dahulu air dari mata airnya menyerupai minyak yang dapat berguna sebagai obat dan kesaktian," kata Isnaen, warga Sekarbela, kepada VIVAnews.com, Sabtu 6 Agustus 2011. Bangunan masjid itu berdiri di atas aliran mata air yang keluar saat Gaus Abdul Razak singgah untuk mengajarkan agama di daerah itu.
Dalam perkembangannya, bangunan masjid terus direnovasi. Kini masjid itu memiliki menara setinggi 63 meter. Renovasi masjid tersebut terakhir dilakukan pada 2000. Saat itu seorang warga setempat menemukan benda berbentuk sabuk kulit dari dalam tanah sekitar galian masjid. Belakangan, sabuk itu diketahui dapat berguna sebagai obat berbagai penyakit.
Hingga saat ini, terhitung sudah empat kali masjid tersebut direnovasi hingga menghabiskan biaya Rp400 juta lebih yang dibiayai masyarakat setempat. Masjid dengan tiga lantai itu pun memiliki lebih kurang 20 tiang. Warga sekitar juga menyumbang dana untuk membangun beberapa tiang penyangga masjid.
Isnaen menambahkan, ke depan area masjid itu akan diperluas. Bahkan, saat ini pihak masjid sudah membeli tanah milik warga sekitar untuk kepentingan perluasan area masjid. Kemegahan bangunan masjid itu menggambarkan kehidupan penduduknya yang islami. Penduduk Sekarbela terkenal sebagai pengusaha emas. Di daerah itu banyak pedagang emas mutiara sebagai usaha kerajinan masyarakatnya.
Tidak jauh dari masjid juga terdapat pondok pesantren yang mengajarkan ilmu nahwu dan sharaf. Pondok pesantren itu didirikan Tuan Guru Haji Muhammad Rais. Hingga saat ini banyak santri pondok tersebut yang pandai ilmu nahwu dan sharaf.
Masjid Al-Raisyiah banyak dikunjungi pelancong dari luar Pulau Lombok, baik dari Jawa maupun Sumatra. Bahkan, sejumlah artis seperti Dorce Gamalama dan David Khalik juga pernah mengunjungi masjid ini. Selain menjadi tempat ibadah, masjid itu pun digunakan sebagai tempat kegiatan syiar Islam.
Kini saat bulan Ramadan tiba, masyarakat sekitar menjadikan masjid sebagai tempat untuk menghabiskan waktu untuk beribadah sebelum waktu berbuka tiba. Terutama saat salat tarawih hingga tadarrus Alquran.
Laporan: Edy Gustan, Mataram
Source:http://nasional.news.viva.co.id/news/read/238687-ada-masjid--heran--di-mataram
0 comments:
Post a Comment